Label

" Skenario Allah Akan Indah Pada Waktunya "

Rabu, 19 Maret 2014






"Kamu udah ada bayangan mau masuk SMA mana?"
"Maunya sih SMA 12, tapi jauh dari rumah. Mau masuk SMA 103 aje deh yah .."
"Yayah mah nurut aja apa mau pipit" 

Begitulah sekiranya dialog antara aku dan ayahku saat detik-detik menjelang pendaftaran SMA pasca menerima hasil Ujian Nasional. 

Hari pendaftaranpun tiba. Setiap peserta diminta untuk mengisi form pendaftaran, dan mencatat 3 pilihan SMA yang akan di pilih. Aku mendatangi pihak yang mengurusi form pendaftaran. dalam kondisi mengantri aku sabar menunggu. Tak lama, giliranku mengambil form tersbut. Aku ingat sekali saat itu petugas menegaskan bahwa form ini hanya diberikan satu untuk setiap peserta, maka kertas tersebut harus dijaga dengan baik. 

"neng ini formnya setiap peserta cuma diberikan satu ya.." ucap si bapak petugas.
"oh iya pak. terimakasih" ucapku mengiyakan. Aku segera bergegas menghampiri ayahku yang dengan setia menungguku di tempat parkir. 

Aku mulai mengisi form yang diberikan tadi. Saat aku mengisi data pilihan SMA, aku menjadikan SMA 103 menjadi pilihan pertamaku, dan SMA 12 menjadi pilihan terakhirku. Padahal bila dilihat dari passinggrade yang ada, SMA 12 merupakan salah satu SMA favorit di Jakarta. Aku ini aneh bukan??? -_-

dan lagi-lagi ayahku menanyakan hal yang sama perihal SMA yang akan kupilih. 
"Ayah mau nanya lagi, serius mau ke SMA 103? ga mau ke SMA 12 aja?"
"Di 12 ga ada temennya ayah" Ucapku mulai lemas
"Tapi entah kenapa ayah lebih tenang kamu di 12"
"Tapi formnya udah diisi yah, gimana? tadi kata si bapak ini cuma dikasih satu."
"oh gitu???
"Coba minta lagi pit .."

Dengan hati yang sedikit kecewa, lantas akupun bergegas kembali ke tempat petugas. Dan menuruti permintaan ayah untuk meminta kembali form. Dan Amazingnya, ternyata aku diberi form itu. Sepertinya, akibat banyaknya orang disana, sehingga petugas tak hafal bahwa aku sebelumnya sudah mengambil form tersebut. Sedikit menyalahi aturan memang. Namun apa daya. Apakah ini yang dinamakan takdir??? 

Dengan wajah yang sedikit aku ceria-ceriakan, aku menghampiri ayahku. Wajah penuh harap. Itulah yang bisa aku simpulkan saat aku mengatakan pada ayah bahwa aku mendapakan kembali form. Mencoba untuk ikhlas. Aku perlahan mengisi kembali form itu, dan mengubah kembali pilihan. Menengok sekilas raut wajahnya. Tersenyum. Indah sekali. Ya aku percaya inilah yang terbaik. Ikhlas. :)

@@@
Waktu berjalan secara perlahan. Sistem nilai online sedikit membuatku ketar-ketir setiap hari. Naik, turun, dan tetap. Begitulah grafiknya. Maklum, sistem penempatan ke setiap SMA saat itu berdasarkan hasil ujian yang didapat. Jadi, bila ada nilai yang lebih besar dari yang kita dapat, kita harus ikhlas untuk di "depak" oleh teman-teman kita yang nilainya lebih tinggi dari kita atau sebaliknya. 

"gimana? sekarang nama kamu ada di SMA mana?" tanya ayah untuk kesekian kalinya
"Masih di SMA 12 yah .." jawabku 
"Semoga standby di sana ya ..Aamiin" ucap ayah penuh harap 

Batas penilaian onlinepun usai, dan dihasil akhir namaku masih standby di SMAN 12. Entahlah, ada sedikit bahagia, namun adapula rasa sesal dihati. Bahagia, karena bisa membuat ayah bahagia. Sesal, karena aku terpisah dengan sahabat-sahabat SMP, yang memang mereka ternyata berkumpul kembali di SMA yang sama. Lagi-lagi inilah yang dinamakan takdir? 

@@@@
Ku coba jalani keseharian baruku menjadi salah satu siswa baru di SMAN 12. Di awal aku memang merasa asing disana. Namun dengan berjalanna waktu aku mulai menyatu pada SMA ini. Kenapa?? karena di Sekolah inilah aku menemukan sosok-sosok yang hebat. Sosok 2 guru favorit yang tak pernah letih memperthankan dakwahnya di sekolah, sosok kaka-kaka tingkat yang selalu memberikan energi-energi positif, dan yang terpenting aku menemukan sosok-sosok saudara seperjuangan "Ashabul Kahfi jilid 2" yang senantiasa selalu ada dalam relung hati. Doa Rhabitah secara tidak langsung telah menyatukan hati-hati kami dalam menjalani perjuangan selama di SMA saat itu. Indah. Aku juga menemukan Lingkaran Cinta disana, lingkaran yang senantiasa telah membawaku pada dimensi kehidupan yang lebih baik. 

Ayah, terima kasih atas firasatmu saat itu. Firasatmu ternyata semakin menambah rasa cintaku padaNya. Salam cinta dari anakmu ini :) 



Saat dirimu mengatakan "aku ingin ini"
Namun, kenyataannya "tapi aku butuh ini"
Saat dirimu merasa sesal dihasil akhir
Coba telaah secara perlahan setiap alurNya

Bisa jadi, semua itu tak masuk dalam bingkai hidupmu
Jadikan dirimu sebagai pencari, bukan sebagai penerima
Karena sesungguhnya , " Skenario Allah Akan Indah Pada Waktunya "


0 komentar:

Posting Komentar