Label

“Langit Tak Pernah Semu”

Minggu, 05 Januari 2014

“Ra bangun, salat subuh yuk !”

            Suara lembut sahabatku membangunkan tidur singkatku, setelah semalaman suntuk berkutat pada soal-soal takehome dari dosen tercinta. Sebelum tubuh beranjak keluar kamar, kutengok sekilas jendela kamarku. Kubuka sedikit tirai hijau toska jendela itu. Terlihat langit indah masih membentang menembus keheningan. Raja Malam dengan ditemani bintang-bintangpun tak luput memancarkan keindahan sinarnya. Aku terdiam sejenak, seraya memangku kedua tangan pada kayu jendela, layaknya aktris-aktris disinetron.  Pandanganku tak lepas dari Sang Raja Malam itu. Melamun, entahlah sepertinya melamun adalah salah satu kegemaranku sejak kecil. Memandang dan memandang, begitulah yang kulakukan.
“Indah ...” Gumamku dalam keheningan.  
“Ra cepet ke kamar mandi ambil air wudhu, kita salat subuh berjamaah”.  Disela lamunanku, aku dikejutkan kembali oleh suara sahabatku. Sepertinya aku mulai terhanyut kembali pada lamunanku, sampai melupakan bahwa sudah masuk waktu subuh. Kebiasaan buruk.
“ooh iya iya. Hehe “ Ucapku. Lantas kututup kembali tirai itu, dan menyegerakan diri untuk mengambil air wudhu.
☺☺☺

Kubuka pintu kostan dengan perlahan. Saat ini aku sedang bersiap-siap untuk memulai aktivitasku di kampus. Subhanallah, ternyata pagi telah menyambutku dengan begitu ramah. Mentaripun tak angkuh untuk memperlihatkan keelokannya.

“Namaku Zahra Ainiyah. Keluargaku sering memanggilku ‘Aini’, tapi teman-temanku lebih menyukai memanggilku dengan nama ‘Ara’, alhasil saat ini aku memiliki dua nama panggilan. Layaknya artis papan atas saja, memiliki nama panggilan lebih dari satu.
Alam, satu kata yang selalu mengantarkanku pada dunia bawah sadar. Sebut saja melamun. Terkadang terlintas dalam benak, alasan mengapa aku begitu menyukai alam, mungkin salah satunya adalah karena arti salah satu dari namaku “Ainiyah” yang berarti “Pohon Rimbun Bersemi”. Alasan yang kurang akurat memang, namun itu dapat dijadikan salah satu alasannya”

“Kebiasaan Ara ga pernah berubah ya? Ngelamun terus kerjaannya.” Ucap salah satu teman satu kostku. Lagi dan lagi ucapannya menyadarkan lamunanku. Bagitulah teman satu kostanku, Fatin namanya. Malu rasanya dinobatkan sebagai ‘Gadis Melamun’ olehnya.

Hehe.. iya maaf tin. Hayu kita berangkat” Ucapku ceria.
Kamipun bergegas ke kampus. Sepanjang perjalanan ke kampus, kedua bola mata lebarku ini tak pernah lepas dari pemandangan sekitar. Pohon-pohon rimbun yang bersemi, angin pagi yang berhembus seakan menyapaku, sambil berkata “Selamat Pagi”. Khayalku terlalu berlebihan. Sungguh indah cinta dari-Nya. Semua yang diciptakan sesuai dengan proporsi masing-masing. Layaknya manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka ada untuk saling melengkapi satu sama lain.
☺☺☺

 “Kamu lagi lihat foto siapa tin?” Ucapku disaat tak sengaja melirik Fatin yang sedang sibuk melihat foto-foto di laptop doraemonnya itu,  yang entah foto siapa.
 “Ini temanku dari UNSOED. Lihat !! keren yah, perempuan berani naik-naik ke gunung. Aku mah ga akan berani. Hehe” Ucap fatin, sambil menunjuk salah satu foto di laptopnya, dan terlihat foto seorang perempuan yang tertutupi oleh siluet matahari sore sedang memegang bendera. Sepertinya itu bendera organisasinya.
Naik-naik ke gunung? Seperti Ninja Hatori saja hehe” Kataku meledek.
Kamu pernah naik ke gunung ga Ra?” Tanya Fatin kepadaku.
Dengan wajah polos, aku hanya dapat menggelengkan kepala, pertanda bahwa aku belum pernah melakukan itu.
Yah payah kamu. Katanya suka alam, tapi belum pernah ke gunung? ” Ucap Fatin dengan nada memanas-manasi.
Bukannya payah, tapi memang belum pernah ada yang mengajakku untuk naik gunung Tin.” Ucapku lemas.
Hahahaha ... “ Tawa Fatin menggelegar. Membuatku enggan untuk melanjutkan perbincangan. Toh, mencintai alam itu bukan berarti harus naik ke puncak gunungkan?  
☺☺☺


“.... Di beritakan, Senin 4 Januari, dini hari tadi telah terjadi kebakaran hutan di Pesisir Wilayah Kalimantan Barat. Berhektar-hektar hutan habis dilalap si jago merah. Dugaan kuat terjadinya kebakaran adalah karena kelalaian penduduk sekitar. Saat ini hutan masih dalam proses pemadaman.... ”

Lagi lagi kebakaran hutan..” Ucapku saat menonton salah satu stasiun TV yang sedang menayangkan berita terkini terkait kebakaran hutan di wilayah Kalimantan Barat.
Iya ih, perasaan baru kemarin banjir. Indonesia .. Indonesia.. kapan kau asri seperti dulu kala?” ucap Fatin mendramatisir suasana.
jawabannya ada di diri kita masing-masing Tin” Ucapku dengan bijak.
Maksudnya?” Tanya Fatin.
Iya kalau kita mau alam kita tetap terjaga, yaa harus ada kesadaran dari diri kitanya. Allah itu menciptakan Alam semesta ini bukan tanpa maksud loh Tin, Allah pasti punya rencana lain. Salah satunya kejadian yang barusan. Alam dan semestanya ini titipan dari-Nya, tugas kita sekarang itu bagaimana menjaga titipan ini. Analoginya seperti ini Tin, misalnya kamu dititipkan Guci keramik, kemudian pemiliknya memerintahkan kamu untuk menjaga guci itu jangan sampai pecah. Otomatis kamu pasti akan menjaganyakan, sebab kalau tidak dijaga kemungkinan-kemungkinan buruk pasti akan terjadi. Sama halnya dengan Alam kita ini, kalau bukan kita yang menjaga, lantas siapa lagi? So, apakah kita mau nunggu sampai pemiliknya marah dulu lalu baru kita menjaganya. Kalo kaya gitu sih sama aja bohong, nasi sudah menjadi bubur. Kita ini terlalu angkuh karena kita tak pernah malu pada alam yang selalu ada untuk kita
eeemmmmhh ... “ Ucap singkat Fatin.
Kenapa tanggapannya cuma “ehm” aja? Ga kreatif ah kamu Tin.” Kesalku dibuat-buat.
Hehe, habis bingung mau bilang apa lagi. Tapi ngdengerin penjelasan kamu barusan aku jadi teringat sama lagu salah satu tim Nasyid, yang judulnya kalo ga salah  “Pantai Suatu Maha Karya”, dan aku suka lirik yang ini :
Melambai nyiur hijau
Di sepanjang tepian
Menjadi saksi setia
Keagungan Ilahi, kebesaran tercipta
Dijaga dan disyukuri, selama-lamanya ...

Ucap Fatin sambil menyanyikan sepenggal lirik, yang mungkin hanya itu yang dia hafal.
aduuuuh Fatin kamu jangan nyanyi ih, suaru kamu ga sebagus Fatin X-Factor tau.. !!
Kamu jahat banget Ra..” Gerutu Fatin.
hahhaaha ... “ Ucapku, lantas langsung bergegas ke kamar sebelum terkena amukan temanku, Fatin.
☺☺☺

Setelah puas berbincang dengan Fatin, kuulangi kembali aktivitas favoritku. Membuka tirai hijau toska jendela kamar. Kemudian memangku kedua tangan sambil memandang ke dunia luar. Kucoba merenungkan kembali apa saja yang terjadi hari ini. Apakah alam menangis kembali? Atau sebaliknya. Dan ternyata alam masih menangis. Aku malu pada diriku sendiri. Aku merasa diriku ini sungguh angkuh akan ciptaan-Nya.
Langit tak pernah semu. Langit selalu menampakkan kearifannya pada alam. Gagahnya langit yang membentang, membuatku malu pada ciptaan-Nya. Malu pada matahari yang selalu menyapa ramah awal aktivitasku, malu pada pohon-pohon rimbun yang selalu melindungiku dari teriknya matahari serta setia menemani perjalananku, malu pada bulan yang selalu menemani sunyinya malam dan menerangi kamarku dari sela-sela jendela yang kubuka, serta aku malu pada air yang selalu mengalir memenuhi kebutuhan hidupku. Malu sekali. Terlebih bila mengingat Firman Allah yang satu ini :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". 
(QS.Ar-Rum ayat 41-42)










0 komentar:

Posting Komentar